Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Si Denok yang Memikat Hati...

Kompas.com - 18/06/2011, 09:12 WIB

PRESIDEN pertama RI Soekarno konon kerap jalan bertelanjang kaki jika sedang tidak menerima tamu negara di Istana Bogor, Jawa Barat. Bung Karno berjalan dari sayap kiri istana menuju sayap kanan. Tangan meraba lemari dan bufet, sedangkan matanya melihat-lihat apakah lukisan terpasang dengan posisi baik atau tidak.

Dengan berjalan tanpa alas kaki, Bung Karno bisa merasakan apakah lantai istana sudah bersih dari debu atau tidak. Bung Karno memang sungguh memerhatikan estetika dan kebersihan. Berkat Bung Karno pula, Istana Bogor masih memiliki ”peninggalan” seperti dapat disaksikan hingga kini karena sekitar 90 persen isi Istana Bogor merupakan peninggalan Bung Karno.

Begitu antara lain sekelumit kisah yang disampaikan Maparyadi Hidayat, pemandu di Istana Kepresidenan Bogor, saat menemani ratusan masyarakat umum yang mengunjungi Istana Bogor dalam rangka Istana Bogor Open 2011, pada 13-16 Juni dan 20-21 Juni. Kegiatan yang digelar tanpa memungut bayaran itu adalah bagian dari peringatan hari jadi ke-529 Bogor.

”Saat diserahkan ke Pemerintah Indonesia tahun 1949, sebagian bangunan rusak serta koleksinya dibawa Jepang atau tentara sekutu hingga tersisa lima cermin saja,” tutur Maparyadi.

Cermin yang tersisa itu dua di antaranya ada di sayap kiri istana serta tiga lainnya di bangunan utama Istana. Dua kaca yang dipasang berhadapan di bangunan utama istana, di antara Ruang Garuda dan Ruang Teratai, disebut sebagai Kaca Seribu. Beberapa pengunjung yang kagum melihat Kaca Seribu mencoba mengabadikan dirinya di kaca itu, tetapi sayang petugas tak mengizinkan pengunjung memotret bagian dalam Istana Bogor.

Di sayap kiri, ada beberapa lukisan menarik, seperti Jika Tuhan Murka karya Basuki Abdullah atau The Russian Wedding karya Makowski yang berada di ruang pribadi presiden. Di ruangan itu juga tertata buku-buku koleksi Bung Karno, yang sebagian besar diberi catatan atau penanda.

Di kedua sayap istana itu juga ada dua patung perunggu, yakni patung perempuan dengan kedua tangan terangkat ke atas dan satu lagi dengan posisi kedua tangan menyilang di dada. Keduanya bertema memohon hujan, karya pematung Chekoslovakia, Marta Jiraskova, tahun 1938.

”Yang menarik buat kami adalah bisa foto dengan latar belakang Istana Bogor, seperti menteri-menteri, ha-ha-ha,” tutur Isak (20), yang hari itu mendatangi Istana Bogor bersama 20 temannya, sesama mahasiswa Institut Pertanian Bogor.

Mereka merelakan uang Rp 70.000 sebagai biaya foto yang disediakan pengelola. Isak merasa sungguh senang bisa beberapa jam merasakan Istana Bogor kendati tak seluruh ruangan bisa dimasukinya. Setidaknya, ia tak sekadar melihat Istana Bogor hanya dari balik pagar.

Selain ”narsis” dengan latar belakang pilar istana yang besar-besar, dengan lambang Garuda di atas bangunan, pengunjung juga menyambangi ”Si Denok” yang berada di bagian belakang istana.

Denok merupakan patung batu perempuan tanpa busana, dengan kepala menoleh ke kanan serta kedua tangan berada di paha kiri yang menjadi tumpuannya berjongkok. Dari situs Kepresidenan RI disebutkan, tubuh Denok diambil dari model anak pelukis Ernest Dezentje dan wajahnya perempuan muda bernama Ara, anak pegawai Istana Bogor.

Patung itu dibuat Trubus, seniman asal Solo, Jawa Tengah. Pramoedya Ananta Toer dalam Jalan Raya Pos, Jalan Daendels menuturkan, Trubus merupakan seniman yang disayangi Bung Karno. Demi menyelamatkan nyawa Trubus pada gejolak awal Orde Baru, Bung Karno memanggilnya ke Jakarta. Trubus lalu berangkat dari Solo menuju Jakarta dengan mengendarai sepeda motor. Namun, ia tak pernah sampai dan kabarnya tak pernah terdengar lagi.

Dengan usianya yang sudah ratusan tahun, Istana Bogor menyimpan keunikan yang tak hanya terlihat dari koleksi dan bangunannya, tetapi juga kisah di baliknya. Istana Bogor awalnya dibangun tahun 1744 sebagai rumah peristirahatan oleh Gubernur Jenderal Van Imhoff.

Namun, tahun 1834, bangunan itu roboh akibat gempa bumi. Istana itu kembali dibangun pada tahun 1850-1856.

Gubernur Jenderal Daendels yang menghuni istana itu pada tahun 1808-1811 sempat membawa hewan untuk dikembangbiakkan dalam kebun binatang mini, antara lain rusa dari India serta beberapa hewan lain, seperti kerbau, badak, dan gajah. Namun, yang bertahan hanya rusa. Ketika itu, Daendels membawa enam pasang rusa.

”Sekarang ini jumlahnya mencapai 650 ekor, sudah terbilang populasinya berlebih,” tutur Kepala Subbagian Rumah Tangga dan Protokol Istana Kepresidenan Bogor, Endang Sumirat yang mengungkapkan populasi rusa di Istana Bogor yang ideal sekitar 500 ekor. (GAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

    Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

    Jalan Jalan
    Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

    Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

    Jalan Jalan
    Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

    Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

    Travel Update
    5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

    5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

    Travel Tips
    Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

    Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

    Travel Update
    4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

    4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

    Travel Tips
    KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

    KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

    Travel Update
    Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

    Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

    Travel Update
    Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

    Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

    Travel Tips
    Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

    Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

    Travel Tips
    Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

    Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

    Travel Update
    Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

    Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

    Travel Update
    Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

    Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

    Travel Update
    Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut 'Flare' di Gunung Andong

    Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut "Flare" di Gunung Andong

    Travel Update
    Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

    Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

    Travel Tips
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com